a hrif="http://1.bp.blogspot.com/_9eHuZHq_LxY/S_M2So5l_PI/AAAAAAAAAK4/FKZOIm9A8Iw/s1600/Foto+Ayi.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}">ANALISA POLITIK
Zely Ariane
Juru Bicara KPRM-Partai Rakyat Demkoratik
TAK lama lagi, kita akan bertemu dengan tanggal 21 Mei. Pada tanggal itu, 12 tahun lalu, gerakan massa besar-besaran yang bertemu dengan momentum krisis ekonomi, konflik terbuka di tingkat elite, sukses menjatuhkan rejim diktator paling berdarah dalam sejarah politik Indonesia modern.
Setelah itu, seiring dengan makin terkonsolidasikannya rejim demokrasi elektoral, tanggal 21 Mei perlahan-lahan tinggal sebagai memori yang rutin hampir menjemukan. Politik di negeri ini lantas menjadi ajang pesta pora, dan bagi-bagi jatah kekuasaan di antara para elite warisan rejim kediktatoran orde baru, yang sanggup merestorasi kembali kekuasaannya. Akibatnya, mirip dengan hari-hari bersejarah lainnya dalam sejarah negeri ini, 21 Mei dirayakan penuh gebyar tapi kehilangan esensinya: pembebasan dari penindasan dalam segala wujud.
Untuk itu, dalam kesempatan ini, saya ingin mengajak kita semua untuk melihat dan merenungkan kembali hal-hal apa saja yang telah kita menangkan dan pekerjaan apa yang masih harus dilanjutkan.
Yang berhasil dimenangkan
Saya mulai dengan mengutip Progress, media terbitan kaum pergerakan di penghujung dekade 1980an. Lima tahun mendahului Peristiwa 21 Mei, Progress menulis, "Ada 6 pintu demokrasi yang telah dibuka. Pertama, isu-isu yang relevan dengan rakyat mulai terangkat dalam masyarakat. Kebudayaan (lama) bisu sedang dihancurkan oleh rakyat sendiri. Sekarang, banyak orang mulai bicara tentang persoalan-persoalan rakyat. Kedua, militansi di kalangan rakyat semakin tinggi. Sekarang, banyak, banyak sekali aksi massa, baik yang terorganisir maupun yang tidak. Ketiga, kerja-kerja propaganda dan agitasi mahasiswa telah berhasil; itu tercermin dari meluasnya pengakuan oleh rakyat bahwa pemerintah sudah bangkrut dan menginginkan alternatifnya. Keempat, perjuangan telah membuahkan hasilnya dalam bentuk didirikannya lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi alternatif yang tak bisa dikendalikan lagi oleh rejim. Kelima, rakyat, buruh dan petani, mulai sadar akan hak-haknya. Keenam, pada tingkat individual, kini lebih banyak lagi orang, mayoritas dalam gerakan, yang memiliki pandangan alternatif yang lebih radikal". [Progres, Vol. 3, No. 1, 1993, hal. 21].
Enam pintu gerbang demokrasi yang mulai terbuka dan disimpulkan pada tahun 1993 itu, memang berbuah penjatuhan kediktatoran Soeharto 21 Mei 1998. Dan kediktatoran bukan sekadar jatuh, tetapi dijatuhkan, oleh puluhan sampai puluhan ribuan aksi massa dari penghujung 80-an hingga memuncak jutaan di 21 Mei 1998. Oleh karena itu, 21 Mei menjadi tonggak peringatan bahwa gerakan massa (mahasiswa dan rakyat) lah yang sanggup menjatuhkan kediktatoran Soeharto.
Aksi massa, rapat-rapat umum, selebaran-selebaran, organisasi-organisasi massa, akhirnya berhasil dikembalikan menjadi metode dan alat politik rakyat, seperti yang terjadi pada masa pergerakan nasional; senjata utama melawan kolonialisme. Inilah pencapaian terbesar reformasi yang menjadi modal bagi perjuangan perubahan Indonesia selanjutnya. Sehingga menjadi gegabah jika ada yang mengatakan bahwa tidak ada perubahan berarti dari perjuangan reformasi.
Yang belum berhasil dimenangkan
Gerakan massa memang berhasil menjatuhkan Soeharto dan politik massa mengambang yang menjadi jantung dari sistem kediktatorannya. Tetapi gerakan, mengutip Pram, belum berhasil menggulung orde baru sampai ke akar-akarnya, sebagai sebuah sistem pemerintahan, partai-partainya, bisnis-bisnisnya, kroni-kroninya dan budaya-budayanya.
Empat hari setelah 21 Mei 1998, pernyataan sikap Komite Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik (KPP-PRD) menyatakan, kekuasaan yang diberikan kepada Habibie menjadi tanda bahwa kroni-kroni Soeharto masih selamat; para tentara pendukungnya masih loyal (Wiranto adalah yang terdepan); para pebisnis kroni masih tetap menguasai aset-aset terpenting negeri ini; demikian juga partai-partai warisan orde baru masih tetap berlaga dalam gelanggang demokrasi elektoral.
Melihat kenyataan politik itu, KPP-PRD pada pernyataan sikapnya bertanggal 25 Mei 1998, mengajukan tiga tuntutan, yang saya anggap masih relevan hingga saat ini: (1) menuntaskan dwi fungsi ABRI (Komando Teritorial TNI masih ada sampai saat ini; (2) pengadilan Soeharto; (3) penyitaan harta Soeharto, kroni-kroninya, dan pejabat-pejabat korup lainnya. Tuntutan-tuntutan tersebutlah yang menjadi bagian dari tuntutan Reformasi Total.
Tuntutan-tuntutan tersebut sebetulnya mendapatkan momentumnya di tahun 2001, ketika kantor-kantor Golkar di beberapa daerah diserbu oleh massa. Tuntutan terhadap partai berlambang beringin itu bervariasi, dari pertanggungjawabannya di pengadilan atas dukungannya tanpa syarat terhadap orde baru, hingga pembubarannya sebagai partai mesin Orde Baru. Sayang, gerakan demokratik tak satu hati menggulingkan Golkar dan tentara ketika itu. Dan dasar watak elite (borjuasi) Indonesia yang pengecut dan oportunis, mereka kembali takluk di kaki Golkar dan tentara: lebih mau menjadi alas kaki mereka ketimbang mendukung gertakan Gus Dur untuk menggulung Golkar dan tentara. Watak elite yang oportunis dan pengecut semacam itulah yang dengan kasat mata kita saksikan setiap hari di berbagai media dan layar kaca sekarang.
Hasilnya: Golkar akhirnya menempatkan dirinya di jejeran dua besar dalam setiap pemilu pasca reformasi; tak satupun jenderal pelanggar HAM masuk jeruji besi (malah jadi pahlawan dan calon Presiden/Wakil Presiden); tak sepeserpun harta Soeharto dijadikan sekolah-sekolah atau infrastruktur di desa; dan tak satupun kasus pelanggaran HAM besar berhasil dimenangkan. Pendeknya, restorasi Orde Baru sudah sukses sejak Megawati naik jadi presiden tahun 2001 dengan menggandeng tentara dan melupakan peristiwa 27 Juli 1996.
Reformasi 1998 hanya pembuka jalan
Reformasi 1998 telah memberikan pada rakyat senjatanya yang paling ampuh: organisasi, aksi massa dan alat-alat propaganda. Bahkan musuh-musuh rakyat pun menggunakan senjata ini, dan celakanya merekalah pemilik terkuat alat-alat propaganda utama: televisi, koran, radio, dll. Oleh sebab itulah demokrasi yang didapatkan tahun 1998 masih lebih banyak menguntungkan elite politik musuh-musuh rakyat, ketimbang rakyat.
Namun, seperti kata Marx dalam Manifesto Partai Komunis: “apa yang dihasilkan oleh borjuasi ialah, terutama sekali, penggali-penggali liang kuburnya sendiri... Tetapi tidak saja borjuasi itu menempa senjata-senjata yang mendatangkan mautnya sendiri; ia juga telah melahirkan manusia-manusia yang akan menggunakan senjata-senjata itu—kelas buruh modern—kaum proletar”.
Dengan ini saya mau mengatakan, walaupun ruang demokrasi saat ini relatif dikuasai oleh elite, tapi ruang yang lebih terbuka ketimbang era kediktatoran ini telah juga membuat rakyat melihat dan belajar langsung bagaimana cara melawan dan siapa yang harus dilawan. Walau masih spontan dan berserakan, perlawanan rakyat tidak berhenti, dan kebencian mereka pada elit politik terus meningkat, dan kelas buruh modern juga ambil bagian.
Saya berpendapat, ke depan bara api perlawanan akan semakin berkobar. Sebabnnya, seluruh kekuatan politik musuh rakyat (pemerintah pro kapitalisme, sisa orba, tentara dan reformis gadungan) tak punya jawaban terhadap seluruh kesengsaraan yang diderita rakyat saat ini. Satu-satunya cara yang mampu mereka lakukan adalah sebisa dan sejauh mungkin menahan laju radikalisasi rakyat. Dan sejauh ini, yang paling efektif untuk mengkanalisasi sekaligus meredam radikalisasi politik rakyat adalah melalui institusionalisasi demokrasi elektoral. Melalui pemilihan umum, rakyat diiming-imingi kedaulatan untuk kemudian dikebiri begitu hasil pemilu telah diumumkan. Agar tampak professional dan reformis, maka kosakata seperti reformasi tata-kelola pemerintahan atau good governance, ramai dibincangkan tapi enggan untuk dipraktekkan.
Hasilnya, dalam 12 tahun reformasi ini, muncul penyakit baru, yang saya sebut, penyakit memanfaatkan, mereformasi, dan memaksimalkan peran institusi-institusi “demokrasi”. Penyakit baru ini telah mematikan potensi kekuatan rakyat untuk mengatur dirinya sendiri melalui demokrasi langsung; partisipasi langsung. 12 tahun reformasi, kita melihat inisiatif dan kesadaran rakyat untuk berorganisasi dan mengajukan tuntutan-tuntutannya secara independen makin melemah. Sebaliknya, para elite warisan orde baru bebas mendirikan organisasi yang memperjuangkan kepentingannya, dari bentuk partai, organisasi massa, lembaga think-tank, hingga LSM.
Dua belas tahun reformasi memberi pelajaran pahit tentang pengkhianatan, kepengecutan, ilusi-ilusi demokrasi, yang terus menempatkan rakyat sebagai objek tanpa kuasa atas hak-haknya. Apakah kita masih butuh 12 tahun lagi untuk memperbaiki atau menyempurnakan reformasi ini? Atau 20-30 tahun lagi? Saya menjawabnya: Tidak.***
Merefleksikan Gerakan 21 Mei
Update Wednesday, May 19, 2010 at 7:02 AM. by Informasi Terbaru 2013 Dalam topik analisa politik,Pergerakan
Jangan Lupa:
Merefleksikan Gerakan 21 Mei Reviewed by Admin on Wednesday, May 19, 2010 Rating: 5
Merefleksikan Gerakan 21 Mei
Artikel ini diposting dari blog Informasi Terbaru 2013, Wednesday, May 19, 2010, at 7:02 AM dalam topik analisa politik, Pergerakan dan permalink https://terbaruinformasi.blogspot.com/2010/05/merefleksikan-gerakan-21-mei.html. 55.Subscribe to:Post Comments (Atom)
10 Tulisan Terakhir
My Blog List
Blog Archive
-
▼
2010
(1010)
-
▼
May
(106)
- Kami Bukan Keynesian
- Pohon akasia yang di tebang akhirnya tegak kembali
- Sejarah unik pakaian kita
- Bogor tentukan denda Rp 1juta bagi perokok
- Partai Komunis Indonesia (PKI)
- Planet Terpanas akan Dilahap Matahari
- Matahari Meleleh,Badai Siap Menerjang Bumi
- Ternyata tekhnologi bangsa romawi sudah secanggih ini
- Stoner Putuskan Tinggalkan Ducati
- Yamaha Pimpin Persaingan
- Yamaha Pertahankan Rossi-Lorenzo
- Honda Ingin Rossi-Stoner
- Lorenzo Salah Prediksi
- Stoner Dapat Saran Dari Lorenzo
- Reformasi(nya) Oligarki
- Kecelakaan Bikin Stoner Kecewa
- Rossi Keluhkan Setingan Motor
- Dovizioso Puas Kalahkan Pedrosa
- Kisah seseorang alergi gelombang elektro yang di a...
- Kereta-kereta paling mewah di dunia
- Mengenal Bank Dunia
- Kedewasaan Berbuah Kemenangan
- Sang Penghibur Baru
- 12 Tahun "Enclosure"
- Lorenzo Menang Lagi
- Lorenzo Percaya Diri Bisa Juara Lagi
- Rossi Start Posisi Satu
- Bautista Absen di Le Mans
- Rossi Pole, Yamaha Start 1-2
- Stoner Unggul Tipis atas Lorenzo
- Performa Ducati Bikin Stoner Puas
- Bentuk tebing es seperti wajah orang menangis
- Kisah hidup ratu mesir cleopatra
- Jejaring Sosial,Pisau Bermata Dua
- Fenomena terjadinya angin tornado
- Semua untuk Aceh Merdeka*
- Top 10 dinosaurus terbesar yang pernah menghuni bumi
- Sudah Siapkah Anda Menghadapi Snowmagedon?
- Kubah Penyelamat dibangun di India
- Fosil ular pemangsa dinosaurus ditemukan di india
- Merefleksikan Gerakan 21 Mei
- Kaitan planet nibiru dengan kiamat 2012
- Bunker Kiamat
- Militer Memesan Bunker 2012
- Vivos Bahtera Nabi Nuh 2012
- Gunung es di antartika mengeluarkan cairan merah d...
- ‘Kaus Merah’ Mencari Penjelasan
- Pertarungan hiu putih vs buaya
- Hidangan Sehat Dari Hati Sapi
- Seekor paus pembunuh membantai sang pelatihnya
- "Flirting" saat mendekati seorang wanita
- Nenek Moyang Siapa Monyet?
- Puncak badai matahari terjadi pada 2013
- Asal muasal nama...
- Asal muasal nama...
- Ayam jago
- jamin ngakak meskipun gua masih newbie gan!
- Bencana yang Bisa Mengancam Bumi
- Makanan yang mempercepat terbentuknya otot
- 2012 Awal Baru Bagi Manusia
- Film avatar membuat penontonnya depresi
- Apakah Planet''X'' ini akan Menabrak Bumi?
- Misteri Planet dengan Tiga Matahari
- Apa yang Perlu Disiapkan pada 2012
- Ekses Solar Maksima 2012
- Siapkah Anda Menghadapi 2012
- Bumi 2012
- Facebook Jadikan Orang Antisosial
- Amankah Jual Beli di Facebook?
- Politik Identitas: Stiker, Aksesoris, Pakaian, dan...
- Begadang membuat anda depresi dan pelupa
- Potensi Gempa Dahsyat di Papua Bukan di Aceh
- Menguak misteri jenglot yang misterius
- Daripada Mulyani Lebih Baik Marsinah
- Tempat favorit bunuh diri di kaki gunung fuji
- Ritual sex di gunung kemukus
- Pedrosa Ungguli Rossi Dan Lorenzo
- Gunung terbesar di tata surya bima sakti
- Marsinah
- Sri Mulyani Kecewa Kepada Boediono
- Sri Mulyani : Saya Dikorbankan
- Sri Mulyani Merasa Dikorbankan
- Hujan Meteor Tak Akan Jatuh ke Bumi
- Kekuatan mistis gunung merapi
- Menang Rp.9 Miliar dari Game Komputer
- Awan Berbentuk Setan
- Gaji Sri Mulyani setelah Menjadi Direktur Bank Dunia
- Alasan Sri Mulyani Dipilih Menjadi Direktur Bank D...
- Proses Pembuatan Keris Berbahan Meteor
- Ternyata Meteor itu Menjadi Bahan Pembuat Keris
- Varian Baru Virus Facebook
- Osama Bin Laden ternyata di Washington
- Tradisi kremasi jenasah ter-sadis di dunia
- Penodaan: Agama dan Tuhan Yang Mana?
- Pantai dengan bahaya hiu di amerika
- Bahaya Fasisme dan Kebangkitannya di Dunia Hari ini
- Gedung tertinggi di dunia terbaru
- Belajar Sampai Ke Cina?
- Lorenzo Rayakan Kemenangan Di kolam Jerez
- Lorenzo Tak Mungkin Dihentikan
-
▼
May
(106)
Tulis Komentar Kamu dibawah, pada Comment as: pilih Name/URL atau pilih Anonymous.
0 Komentar untuk "Merefleksikan Gerakan 21 Mei"Post a Comment