Hari Ini WIB

Hati hati Di Jalan

Update Monday, June 22, 2009 at 9:36 AM. Dalam topik Sharing Motivasi

 

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di  perempatan itu masih menyala hijau. Jono segera menekan pedal gas kendaraannya.  Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hati Jono berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jono bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. "Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak," pikirnya sambil terus melaju.
Prit...!!!
Di seberang jalan seorang polisi  melambaikan tangan memintanya berhenti. Jono menepikan kendaraan agak menjauh  sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing. Hey, itu khan Bobi, teman mainnya  semasa SMA dulu.
Hati Jono agak lega.Ia melompat  keluar sambil membuka kedua lengannya.
"Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu  lagi!"
"Hai, Jon." Jawab Bobi, tanpa senyum.
"Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di  rumah."
"Oh ya?" Tampaknya Bobi agak ragu. Nah, bagus kalau begitu.
"Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh  terlambat, dong."
"Saya mengerti. Tapi, sebenarnya  kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan  ini."
O-o, sepertinya tidak sesuai dengan  harapan. Jono harus ganti strategi.
"Jadi, kamu hendak menilangku?  Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala..."
Aha, terkadang berdusta sedikit bisa  memperlancar keadaan.
"Ayo dong Jon. Kami melihatnya  dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu."
Dengan ketus Jono menyerahkan SIM,  lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bobi menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bobi mengetuk kaca jendela. Jono memandangi wajah Bobi dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bobi kembali ke  posnya. Jono mengambil surat tilang yang diselipkan Bobi di sela-sela kaca jendela.
Tapi, hei apa ini. Ternyata  SIM-nya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku? Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa?
Buru-buru Jono membuka dan membaca  nota yang berisi tulisan tangan Bobi.
"Halo Jono, Tahukah kamu Jon, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, ia sudah meninggal tertabrak  pengemudi yang
ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum  penjara selama 3 bulan. Begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya  lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus  berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat  kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa  sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jon. Doakan agar permohonan kami  terkabulkan. Berhati-hatilah. (Salam, Bobi)".
Jono terhenyak. Ia segera keluar  dari kendaraan mencari Bobi...
Namun, Bobi sudah meninggalkan pos jaganya entah ke mana...
Sepanjang jalan pulang ia mengemudi  perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan...


Tak selamanya pengertian kita harus  sama dengan pengertian orang lain...
Bisa jadi, suka kita tak lebih dari duka rekan kita...
Hidup ini sangat berharga,  jalanilah dengan penuh hati-hati...

Tulis Komentar Kamu dibawah, pada Comment as: pilih Name/URL atau pilih Anonymous.

0 Komentar untuk "Hati hati Di Jalan"

Post a Comment